Saya menanam jagung di Lamongan musim kemarau 2008, hasilnya tidak bagus karena pupuk yang diberikan kurang dari yang dibutuhkan. Setelah mencari kesana-kesini akhirnya urea dapat dibeli, walaupun jumlahnya tidak seperti yang diinginkan tapi lumayan. Mestinya butuh urea 150 kg namun cuma dapat 100 kg untuk tanaman seluas 0,5 hektar. Ini kan musim kemarau, mestinya pupuk urea mudah diperoleh di kios tapi nyatanya sulit. Lantas kemana perginya pupuk itu ?
Produksi urea Indonesia 6 juta ton, kebutuhan dalam negeri 5,5 juta ton, sisanya di ekspor (tahun 2009 urea tidak boleh ekspor). Kalau memang kebutuhan dalam negeri 5,5 juta ton mestinya siapa saja yang butuh urea dengan mudah memperoleh di kios. Tapi kenapa kok di pasaran sulit ditemukan? Apakah kebutuhan urea sesungguhnya bukan 5,5 juta ton tapi lebih dari itu ?
Perlu dicari penyebab kenapa pupuk selalu langka dan bagaimana solusinya. Yuk kita cari informasi.
2 komentar:
Lam Kenal, sori baru bls commen-nya.Ya nih petani jadi puyeng 7 keliling.txs komentarnya di blog ku.Silakan mampir lagi sambil minum kopi...
http://o-begitu.blogspot.com
e, ngomong2 saya juga masih biduren lagi lho spt anda.sekarang saja msh berobat dexamethasone.kalau makan daging biawak boleh nggak ya?
Makasih. Salam kenal juga. Saya pernah berobat makan empedu ular kobra, nggak ngefek juga. Biawak ? Mungkin enak. Tapi coba betis dibuat lentur, disitu ada ilmunya.
Posting Komentar