Ustadz bilang kalau kita menemukan barang berharga di jalan atau di tempat umum maka harus dikembalikan kepada pemiliknya. Kalau pemiliknya belum diketahui maka harus diumumkan kepada khalayak bahwa telah ditemukan sesuatu barang. Jika sampai batas waktu tertentu belum ada orang yang mengaku sebagai pemiliknya maka barang tersebut harus diserahkan kepada lembaga sosial. Jadi kita tidak boleh memiliki barang temuan tersebut (kecuali terpaksa atau memenuhi syarat tertentu?).
Masalahnya saya menemukan celana dalam (CD) wanita di saku koper saya, bagaimana mengembalikannya ? Ketika transit di Amman (Jordania) begitu selesai check in di hotel tiba-tiba di saku koper saya ada celana dalam wanita. Saya tidak tahu itu punya siapa, yang jelas bukan milik isteri saya karena dia tidak ikut pada perjalanan ini. Ini terjadi tahun 2002 ketika saya lagi ikut rombongan umrah ramadhan Pupuk Kaltim dengan peserta 27 orang terdiri dari 16 laki-laki dan 11 perempuan. Karena CD termasuk barang (sangat) berharga, sesuai ajaran ustadz tadi maka harus dikembalikan kepada pemiliknya. Disamping sebagai benda berharga CD ini juga merupakan barang sentitif sehingga cara pengembaliannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kalau diumumkan kepada khalayak rasanya itu bukan pilihan yang bijaksana. Apalagi kalau barangnya ikut dilambai-lambaikan. Untuk itu perlu dilakukan analisa yang mendalam agar CD ini dapat dikembalikan dengan prinsip 4 tepat yaitu tepat orangnya, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempatnya. Analisa tsb adalah sbb:
Pertama, analisa barang. Maksudnya sih untuk mengetahui barang seperti ini pantas dimiliki oleh perempuan seperti apa. Namun sulitnya dari 11 perempuan dalam rombongan tersebut saya belum kenal seorang pun, saya baru ketemu bergabung di Bandara Soekarno Hatta beberapa menit sebelum terbang ke Amman. Prinsip analisa barang menurut orang Jawa adalah bobot, rupo, warno, gondo. Bobot disini bukan berat tapi ukuran besar kecilnya barang. Di CD yang ditemukan memang tidak tertulis angka ukurannya tetapi kalau dipaparkan sekitar 36 inci. Dari 11 perempuan tadi berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang patut diduga pemilik CD ini hanya ada 4 orang. Perempuan lainnya, 7 orang, pasti tidak nyaman atau tidak pas jika dipaksa mengenakan CD ini. Rupo berarti rupa atau bentuk. Bentuknya standar seperti huruf V. Di bagian depan agak kebawah, jika dipakai kira-kira dibawah pusar, ada gambar daun waru lambang cinta, digambar dari bordiran tipis. Warno, berwarna krem tapi sudah mulai memudar sehingga mirip warna putih yang sudah mangkak dan agak kusam sebagai petunjuk bahwa CD itu sudah sering dicuci. Ketika ditemukan CD ini bukan dalam keadaan terlipat rapi seperti baru disetrika tapi sudah kumal. Ini sebagai petunjuk bahwa CD teresebut kemungkinan besar baru saja dilepas oleh pemakainya. Mungkin saja si cewek ini baru ganti CD. Gondo berarti aroma. Walah...?! Mana mungkin saya nekat melakukan cek aroma, apalagi sudah menduga kalau baru saja ditanggalkan pemakainya. Ini bukan pengobatan aroma therapi ?!
Kedua, analisa motivasi atau alasan. Untuk mencari tahu apakah motif atau alasan sehingga CD itu ditaruh di koper saya. Tidak disengaja atau ada maksud tertentu. Analisa motif akan lebih tajam jika digabung dengan tinjauan waktu. Kapan CD itu dimasukkan ke koper saya? Koper itu masih baru, pembagian dari panitia, dan baru diserahkan oleh biro travel ketika saya gabung rombongan di airport Jakarta menjelang terbang ke Amman. Koper masih dibungkus plastik. Isinya kain ihram dan buku manasik haji, tidak ada yang lain. Walaupun kecil tapi tag atau label nama saya sudah dipasang sehingga tidak tertukar dengan koper orang lain. Setelah bungkus plastik saya buang koper tersebut saya bagasikan. Apa mungkin ada pegawai Royal Jordan airline atau kuli angkut bagasi yang iseng memasukkan CD ke koper saya sebelum masuk pesawat ya? Ah mustahil. Koper itu baru keluar setelah turun di Amman. Jadi peluang terjadinya CD itu dimasukkan ke koper saya ketika turun di airport Amman. Kapan terjadinya karena begitu keluar dari airport Amman langsung naik bus menuju hotel. Kalau itu dimasukkan saat perjalanan dari airport ke hotel juga tidak mungkin karena semua koper langsung dimasukkan ke bagasi bus yang lantas meluncur menuju hotel. Berarti masuknya CD ketika rombongan menunggu bus di airport mau ke hotel. Mungkin perempuan itu ketika antre mengambil bagasi di airport pergi ke toilet sekalian ganti CD. CD yang baru ditanggalkan lantas di”untel-untel” kemudian dimasukkan (sementara) di hand-bag nya sebelum dipindah ke koper. Mungkin dia mengira koper saya adalah miliknya (kopernya seragam sih) sehingga dengan tidak sengaja dia menaruh CD nya di situ. Kalau tetap di hand-bagnya maka dia khawatir lipstick, parfum, atau tissunya terkontaminasi aromanya. Handbag sampeyan aman, koperku yang terdampak. Hehe!
Jika benar seperti ini maka diyakini tidak ada motif jahat, mungkin hanya ketidaksengajaan saja.Kemungkinan adanya motif lain sih bisa saja, misalnya siapa tahu ada perempuan yang tertarik pada saya kemudian mengirim CD nya sebagai duta untuk sarana kenal aku. Tapi...ah itu kecil sekali kemungkinannya. Belum ada cerita seorang perempuan gila pun yang tertarik laki-laki kemudian ngirimi laki-laki tersebut pakaian dalamnya. Apalagi yang belum dicuci. Lapi pula ngapain pakai cara gitu, kalau misal tertarik langsung datangi saja, salaman, kenalan, beres kok. Lha wong ini analisa kemungkinan, ya boleh saja to. Ada kok cerita perempuan yang melet (pelet) laki-laki dengan memberi minuman yang dicampur air kotoran celana dalam. Ah gendeng! Sudah lah mari balik lagi. Kemungkinan motif lain seperti bahan untuk penebar fitnah, perusak nama baik, atau sabotase kok rasanya tidak ada. Apa mungkin sabotase umrah dengan menyelundupkan CD?
Nah sekarang mari kita amati siapa sajakah perempuan dalam ronbongan yang CD nya berukuran 36 inci. Waktu makan malam (berbuka puasa), saya lakukan scanning terhadap perempuan yang patut diduga sebagai pemilik CD dengan mendasarkan ukuran pinggulnya. Wah gawat, lagi umrah kok melakukan scanning pinggul orang. Ini gara-gara pelajaran si ustadz yang bilang kalau menemukan barang harus dikembalikan kepada pemiliknya sehingga saya harus mengamati ukuran pinggul orang. Ah biarin, yang penting saya tidak punya pikiran ngeres. Agak sulit juga menaksir ukuran ini karena kebanyakan mereka memakai busana muslimah. Kemungkinan terjadi error pasti ada, busana muslimah mereka longgar banget sih. Namun tidak perlu khawatir, error ini (taksiran ukuran pinggul) jika ada, bisa dieliminir karena saya punya tabel standar error imaginer yang simpangannya kurang dari 5 persen. Jadi masuk kategori valid menurut ilmu statistika. Dari daftar nama rombongan, mereka yang saya contreng adalah Ningsih, Nihayah, Lia, dan Maisaroh. Kalaupun terjadi salah nama untuk sementara ini tidak masalah, yang penting orangnya sudah kebidik. Kalau sudah yakin maka besok pagi ketika perjalanan ke Laut Mati CD itu akan saya kembalikan kepadanya secara empat mata dengan kata-kata pengantar yang saya siapkan: “Maaf Ning, ini milikmu ya"?. Kemudian kubeber celana dalam itu dihadapan dia sambil sembunyi-sembunyi. Iya kalau benar itu milik Nining kalau bukan alangkah malunya aku. Ah ini gara-gara pelajaran pak ustadz sehingga saya pusing bagaimana nih cara mengembalikannya. Bersambung.
1 komentar:
Posting Komentar